 |
image: instagram @opakalapaphotography |
Asal usul Tarian Kawasaran/Kabasaran
Walaupun provinsi Sulawesi Utara terdapat banyak suku seperti
Sangihe dan
Bolaang Mongondow, akan tetapi suku Minahasa mendominasi hampir seluruh bagian dari daerah yang berada di provinsi Sulawesi Utara. Sehingga beberapa kabupaten mengusung simbol dari suku Minahasa yaitu Suku Minahasa di lambang daerah mereka masing masing. Terdapat dua simbol yang menjadi identitas dari suku Minahasa. Pertama adalah burung
Manguni dan yang kedua adalah Tarian Kabasaran atau Kawasaran. Nah perlu untuk kamu ketahui, suku Minahasa ini merupakan suatu suku yang besar yang terdiri dari 9 sub etnik tetapi bukan merupakan suatu kerajaan. Kesembilan sub etnik membentuk namanya Minahasa atau "
Mina Esa" (Mungkin bisa dikatakan sebagai salah satu contoh “aliansi” dari semua suku). Mungkin saat ini memang belum jelas kenapa tidak membentuk pemerintahan atau sistem kerajaan saat itu. Namun hal yang pasti adalah kerjasama yang terjalin dari semua sub etnik ini telah meninggalkan warisan kepada generasi saat ini. Sebut saja Tarian Kawasaran yang sering dilihat pada acara acara desa ataupun acara penting di provinsi.
Tarian Kawasaran merupakan daya tarik dari keseluruhan sembilan sub etnik suku Minahasa. Tarian ini pun tentu tidak lepas dari sejarah suku Minahasa ini. Di jaman dahulu, tarian Kabasaran ini merupakan tarian yang dilaksanakan sebelum melakukan peperangan atau sebagai seruan perang bagi suku Minahasa. Ada seruan yang selalu dipakai pada saat tarian ini dtampilkan yaitu "I YAYAT U SANTI" yang berarti "Ängkatlah Pedangmu dan Marilah Berperang". Pekikan kata kata ini pun menghiasi dalam setiap adegan tarian ini. Salah satu cerita atau legenda yang diwariskan turun temurun di daerah Remboken, pekikan ini muncul pada saat pahlawan remboken yang bernama Opo Retor atau "Si Tamuretor" mendengar ayah tirinya tewas pada peperangan melawan pasukan Bolmong. Pada saat itu pahlawan Retor ini sedang bertapa di Batu Sasapuan (Batu Sesepuhan) yang terletak di desa Leleko. Ketika mendengar kabar tersebut, pahlawan Retor ini pun menghadap daerah Panasen sambil berteriak "I YAYAT U SANTI" mengajak yang lainnya untuk berperang. Kedua hal diatas yaitu Tarian Kawasaran dan seruan perang tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Ciri Khas Tarian Kawasaran
- Pekikan "I YAYAT U SANTI"
- Baju perang berwarna merah
- Kalung yang terdiri dari tengkorak monyet atau yaki (dahulu tengkorak manusia)
- Mahkota kepala yang terdiri dari kepala Rangkong (Red Hornbill) dan bulu bulu hornbill dihiasi samping kiri dan kanan
Di era modern ini, tarian Kawasaran sebagai identitas yang tidak lepas dari suku
Minahasa dan menjadi kebanggaan serta jati diri dari orang Minahasa sendiri. Tarian ini pun bisa dilihat di acara acara penting pemerintah ataupun acara adat dari suku Minahasa.
Gerakan gerakan kawasaran pun terlihat sederhana akan tetapi memiliki makna yang dalam dari setiap gerakan yang dilakukan. Gaya tarian Kawasaran dilakukan dengan menari nari sambil mengacungkan parang ke udara sambil berteriak I Yayat U santi
Makna Tarian Kawasaran
Hal hal yang mendasari dari tarian Kawasaran ini adalah kekuatan mental dan spiritual untuk jangan pernah menyerah dengan keadaan. Jaman dahulu memang tarian ini merupakan simbol untuk meningkatkan semangat dari para pejuang sebelum mereka turun ke medan perang dengan pekikan-pekikan untuk memberi motivasi satu sama lain bahwa para pejuang atau ksatria Minahasa tidak akan pernah takut terhadap lawan. Namun untuk bagi para generasi muda saat ini, ketika pekikan I Yayat U Santi dikumandangkan ditujukan untuk memberikan falsafah hidup bahwa semangat dari Minahasa itu tidak akan pernah menyerah dengan keadaan dan selalu berjuang. Memang saat ini sangat jarang untuk ditemukan di acara desa untuk tarian ini. Hal ini disebabkan penggunaan tarian Kabasaran ini hanya merujuk kepada penyambutan tokoh tokoh penting ataupun pada acara acara penting tertentu dan hanya pada lokasi dari desa atau kampung tertentu.
Penampilan dan Keunikan Kawasaran
Saat ini jika kamu ingin melihat penampilan Kawasaran, kamu bisa datang di daerah Tondano tepatnya di objek wisata Benteng Moraya. Kamu bisa melihat beberapa orang yang berpenampilan kawasaran disana dengan menjual jasa foto bersama. Penampilan tarian Kawasaran sendiri sangat menarik sebenarnya pada saat dilihat.
Fakta Tarian Kawasaran
a) Tidak Mengenal Usia
Para penari Kawasaran bisa terdiri dari semua golongan orang Minahasa dan segala macam usia. Anak anak sampai orang lanjut usia pun bisa untuk melakukan gerakan tarian ini dan tidak terikat dengan gender tertentu artinya bukan hanya lelaki saja melainkan wanita pun bisa ambil bagian sebagai penari dari tarian perang Minahasa ini.
b) Ilmu Kebal
Untuk beberapa acara penting di Sulawesi Utara, tarian Kawasaran hanya dilakukan sebagai tarian perang seperti pada umumnya yaitu pekikan dan gerakan seakan menggertak serta mengacungkan parang ke udara. Akan tetapi di beberapa desa, tarian Kawasaran akan menampilkan juga pertunjukan ilmu kebal. Entah itu laki laki maupun wanita. Pada saat tarian dilakukan, para penari akan menggunakan parang yang dipegang untuk mengiris tangan mereka atau coba membacok leher mereka sendiri. Ada juga yang akan mencoba mengiris lidah mereka dengan parang tersebut. Keyakinan akan kekuatan yang datang dari leluhur minahasa sangat kental ketika tarian ini dilaksanakan sehingga dipercaya bahwa leluhur orang Minahasa memberikan kekuatan kepada para penari lewat ilmu kebal.
Pentingnya Sanggar Lokal sebagai sarana kesadaran Budaya
Modernisasi telah membuat beberapa pergeseran akan kesadaran terhadap budaya lokal. Sangat diharapkan memang saat ini tradisi Kawasaran ini bukan hanya bisa dilihat pada saat acara penting, akan tetapi dibutuhkan pentingya kesadaran dari pemerhati budaya bisa berkolaborasi dengan pihak sekolah. Alasannya adalah untuk menumbuhkembangkan kesadaran dan kebanggaan bagi para generasi muda untuk terlibat secara langsung dengan warisan dari nenek moyang Minahasa. Caranya yaitu dengan memuat materi materi budaya sebagai bagian ekstrakurikuler ataupun muatan lokal. Dengan program program kesadaran sejak dini ini, bisa memberikan dampak bagi perkembangan kebudayaan lokal yaitu dalam hal ini perkembangan Tarian Kawasaran.
Tumbuh kembangnya sanggar lokal pun harus diperhatikan sehingga bisa menarik bukan hanya sebagai tempat untuk mempelajari warisan lokal. Akan tetapi juga bisa menjadi daerah objek wisata. Hal ini bisa memicu perkembangan ekonomi bagi masyarakat yang berada di sekitar tempat tersebut.