Desa Parepei sebagai Desa Tua Remboken

Desa Parepei sebagai Desa Tua Remboken
Danau Kulo

Asal Usul Desa Parepei

Parepei - Desa ini diyakini sebagai desa pertama yang ada di Kecamatan Remboken. Berbagai asal usul pun diyakini sebagai penduduk asli dari kampung ini. Nama dari desa ini memiliki pengertian dari dua versi yang berbeda. Pertama yaitu nama Parepei berasal dari “Legenda Ni Wangko Parepei” yaitu Raksasa Parepei. Kekuasaan dan kekuatan orang remboken di jaman dahulu yang ditakuti dan disegani di masanya. Konon pada masa itu pemegang gelar “Ni Wangko”  yang artinya Si Besar dari Parepei ini memiliki lengan sebesar batang pisang dan telapak kaki sebesar daun pisang. Narasi ini berasal dari Nicolas De Graafland dalam bukunya De Minahasa .  Versi yang kedua nama desa ini berasal dari kata Parepet yang menunjuk pada danau kecil yang ada di kampung ini yang dikenal dengan nama Kulo oleh orang orang kampung


Di desa ini pun terdapat danau kecil yang bernama Kulo yang memiliki arti "air yang menyembul atau cipratan air". Danau ini digunakan oleh orang orang kampung  untuk mencuci baju dan juga untuk minum. Air yang begitu jernih dan juga selalu bertahan pada masa kemarau. Air dari Danau kecil inipun mengairi sejumlah besar sawah yang ada di kecamatan Remboken. Tidak hanya di Parepei, danau ini pun menjadi sumber mata air bagi desa desa yang ada di sekitarnya ataupun lokasi tujuan tempat mandi pada akhir pekan bagi orang orang dari desa sebelah untuk berenang. Di sekitar danau ini pun terdapat banyak pohon dan beberapa diantaranya memiliki ukuran yang besar dan terdapat beberapa mata air yang menjadi sumber dari danau Kulo ini. 



Peninggalan Sejarah Leluhur

Sebagai salah satu desa tertua desa ini juga memiliki beberapa peninggalan dari jaman dahulu. Berbagai cerita pun diwariskan kepada orang orang dan diceritakan kepada generasi berikutnya. Peninggalan tersebut berupa lesung, batu penunjuk arah maupun totem yang ada di kampung ini. Seperti yang ada dibawah ini.

1. Nenek Gendong Anak

Gambar patung Nenek Gendong anak ini pun menjadi cerita turun temurun dari generasi ke generasi yaitu yang pertama bahwa nenek ini dikutuk menjadi batu namun tidak ada cerita yang menjelaskan kenapa sampai bisa dikutuk menjadi batu. Versi lainnya pun merujuk yang cukup masuk akal atau bisa diterima pada pengertian sebagai tempat awal didirikan desa Parepei itu sendiri dimana kebiasaan dari orang Minahasa akan mendirikan batu penjuru atau batu patokan untuk kampung yang akan didirikan. Namun sebelum batu itu didirikan, mereka akan melepas ayam jantan dan tempat dimana ayam jantan itu mengais disitulah menjadi lokasi didirikannya Batu Penjuru. Batu Penjuru atau untuk orang Minahasa dikenal sebagi Batu Tumotowa atau tanda batas menunjuk kepada 4 arah mata angin yaitu Amian (Selatan), Talikuran (Barat), Timu (Utara), Sendangan (Timur). Lokasi patung purbakala ini terletak di rumah keluarga Thera-Tumimomor beserta juga lesung batu jaman dahulu yang digunakan oleh orang orang kampung untuk memisahkan gabah dari beras. 

2. Lesung Batu dan Peninggalan Sejarah yang lainnya

Tidak hanya kedua peninggalan tersebut. Tidak jauh dari lokasi tersebut juga terletak satu Batu runcing yang memiliki tinggi sekitar 30 cm dan tertanam. Orang orang disana mengatakan bahwa mereka sudah coba menggalinya akan tetapi semakin dalam mereka menggali, batu tersebut semakin besar ukurannya ke bawah sehingga masyarakat pun tidak meneruskan penggalian itu dan menimbunnya kembali. Disitu juga terdapat dua batu kecil masing-masing di sebelah kiri dan kanan. Lokasi ini terletak di depan pekarangan rumah dari salah satu masyarakat desa.


Sumber Ekonomi Masyarakat

Masyarakat yang tinggal di desa ini sebagian besar memiliki mata pencaharian dari bertani ataupun beternak dan sebagian sebagai pedagang, Pegawai Swasta serta pegawai negeri. Para Petani yang ada di desa ini biasa menghasilkan jagung, cabe rawit (varietas lokal) dan sayuran seperti labu dan labu air. Untuk peternakan di kampung terdapat peternakan babi, bebek, ayam dan juga sapi. Akan tetapi untuk sapi tidak seperti di daerah lain yang memiliki kandang tetapi sapi biasanya dilepas pada pagi hari untuk diberi makan di tempat tertentu dan pada sore menjelang malam diikat di kandang ataupun dibelakang rumah. 


Iven Lokal

Masyarakat di kampung masih tetap menganut falsafah "Si Tou Timou Tou" yang bisa dilihat pada saat acara perkawinan ataupun acara kedukaan. Masyarakat biasanya akan memberi bantuan lewat kerukunan desa secara finansial ataupun bantuan fisik dengan membantu keluarga yang sedang menyelenggarakan acara. Ada beberapa acara yang diselenggarakan secara turun temurun yang diwariskan. Misalnya “Kunci Tahun” yang dilaksanakan pada akhir bulan Januari. 


Jenis perayaannya pun dilakukan di desa masing-masing dengan mengadakan lomba ataupun keliling kampung dengan Bendi (sejenis delman). Berikutnya adalah acara yang dirayakan oleh masyarakat Minahasa yaitu Pengucapan. Untuk acara Pengucapan ini dilakukan pada masa musim panen. Secara umum biasanya acara ini dilaksanakan pada Juli akhir ataupun awal Agustus akan tetapi beberapa desa memiliki jadwal mereka sendiri untuk merayakannya. Untuk di desa Parepei biasanya pada akhir juli. Cara Masyarakat merayakannya yaitu secara bersama sama dengan membawa hasil panen mereka ke gereja pada hari minggu dan berdoa bersama sama. Hasil panen tersebut diletakkan di depan mimbar gereja sebagai simbol ucapan syukur dari apa yang sudah Tuhan berikan. Setelah itu perayaan dilanjutkan di rumah masing-masing dengan menjamu sanak keluarga yang datang dari daerah lain. Pada saat perayaan, pengucapan akan dimeriahkan dengan karaoke atau makanan yang disajikan secara buffet (prasmanan). Makanan yang tersedia di atas meja pun bervariasi ada yang terdiri dari babi, paniki (kelelawar), ular, celeng dan yang lainnya. Namun jangan khawatir tidak semua rumah akan menyajikan makanan ekstrim tersebut. Tentunya kamu harus waspada dengan menanyakan terlebih dahulu jenis makanan apa yang akan kamu ambil.



Agama dan Pendidikan   

Sebagai daerah yang mayoritas Kristen, desa Parepei pun memiliki beberapa tempat ibadah yaitu gereja. di antaranya adalah GMIM Providensia, GPDI Hosana , GPDI Victory, Gereja Masehi Advent Hari ketujuh Pioneer, Gereja Masehi Advent Parepei Timur, Gereja Sidang Jemaat Allah Parepei dan Gereja Katolik Santa Theresia Parepei (gereja tua di desa Parepei).

Keharmonisan yang terjalin di antara umat beragama pun bisa dilihat pada acara yang dilaksanakan oleh masing-masing gereja ataupun kebaktian yang dihadiri oleh umat yang lainnya. 

Untuk jenis pendidikan yang ada di desa Parepei terdapat hanya Sekolah dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Sekolah yang berada di Parepei terdiri dari Sekolah Dasar Gmim, SD Katolik , SD Negeri dan terdapat 1 SMP Advent.




Oleh karena itu jangan lupa akan keberadaan asal usul kita karena tempat yang bisa membuat kita nyaman yaitu kampung halaman yang kita cintai serta keluarga yang selalu ada dan menerima disaat kita terpuruk. Bravo Parepei!