Mengenal Tradisi "Pengucapan", Acara Syukuran Minahasa

Dalam kehidupan masyarakat Minahasa terdapat beberapa iven penting setiap tahunnya yaitu Acara Kunci Tahun (awal Januari), Paskah (Bulan April), Pengucapan (berkisar dari bulan Juli sampai Agustus), dan yang terakhir adalah Natal. Acara atau terlebih khusus yang sangat erat dengan tradisi masyarakat Minahasa yaitu Pengucapan Syukur atau yang lebih dikenal sebagai “Pengucapan” oleh orang orang Minahasa. Acara ini bisa dikatakan sebagai bagian dari adat istiadat masyarakat Minahasa dalam mengungkapkan “Rasa Syukur” kepada Yang Maha Kuasa. 

Mengenal Tradisi "Pengucapan", Acara Syukuran Minahasa
Tradisi Pengucapan Syukur



Latar Belakang  Tradisi Pengucapan

Falsafah suku Minahasa  yaitu Maesa esaan (Bersatu) dan Mapalus (gotong royong) sudah menjadi bagian dari kehidupan ornag minahasa sendiri dimanapun mereka berada. Oleh karena itu tradisi Pengucapan diselenggarakan sebagai bentuk persaudaraan sebagai satu bangsa atau satu tanah Minahasa. Untuk kegiatan pengucapan inipun sendiri tergantung dari setiap daerah masing masing. Contohnya Kabupaten Minahasa biasanya merayakan Pengucapan pada akhir bulan Juli dan Kota Tomohon merayakan pada bulan agustus bersamaan dengan Festifal Bunga.


Pengucapan syukur inipun dirayakan pada hari minggu dan sebagai ungkapan syukur dari masyarakat Minahasa atas hasil panen yang berhasil sehingga pada hari minggu dimana umat krstiani melaksanakan ibadah,  hasil panenpun bisa dilihat di dalam gereja. Hasil panen tersebut biasanya dipajang dekat mimbar dan terdiri dari bukan hanya dari satu saja tetapi bermacam maca. Misalnya ubi jalar, ubi kayu, pisang, jagung, dan lan lain.


Fakta Menarik tentang Pengucapan

Tradisi ini diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masih terjaga sampai saat ini dan merukana acara yang ditunggu tunggu sebab acara pengucapan ini pun menjadi ajang kumpul bersama keluarga dari luar daerah. Ada beberapa hal yang menarik yang bisa dijumpai pada saat pengucapan yaitu.


1. Makanan Ekstrim

Dalam acara pengucapan, kamu bisa menjumpai makanan yang bisa dikatakan ekstrim. Sebut saja Ular, Anjing, Kelelawar, dan Tikus. Jenis makanan ini biasanya dimasak dengan bumbu yang pedas sehingga menjadi ciri khas dari makanan ekstrim yaitu pedas. Dulu monyet atau Yaki (Bahasa lokal) juga menjadi salah satu kuliner yang tersedia di acara ini tetapi semenjak adanya larangan dari pemerintah, Hewan tersebut pun sekarang sudah tidak bisa dijumpai lagi pada acara ini


2. Tata Letak Jamuan Makan

Untuk jamuan makan, biasanya diatur di meja panjang dengan beralaskan daun pisang untuk setiap makanan yang ada sehingga para kerabatpun bisa melayani diri masing masing dengan menu makanan yang berbeda yang ditaruh diatas meja. 



Kuliner Wajib Ada dalam Tradisi Pengucapan

1. Dodol

Jenis kuliner ini merupakan andalan bagi orang Minahasa dan wajib hukumnya untuk menyediakan ini walaupun tidak semua menyediakannya. Di daerah Minahasa sendiri bisa dilihat pada acara pengucapan, dodol menjadi primadona untuk selali dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Bahannya terdiri dari tepung ketan, gula merah, kenari atau kacang, dan air.  Ada beberapa fakta menarik tentang Dodol. 

a. Dimasak selama 3 jam

Yups, benar! Proses pembuatannya sangat lama. Dalam proses ini membutuhkan energi yang besar dalam memasaknya sehingga kadang harus bergantian dalam mengaduknya di wajan. Dodol dalam proses pembuatan harus memperhatikan api yang digunakan, jangan terlalu besar ataupun terlalu kecil dan adonan harus terus diaduk. Alasannya supaya adonan tersebut tidak lengket dan hangus. 

b. Dibungkus di Daun Woka

Setelah proses memasak selesai, maka Dodol akan didinginkan terlebih dahulu dan kemudian dikemas dalam daun Woka kemudian Dodol akan digantung untuk meniriskan minyaknya. Daun Woka sendiri memberikan cita rasa khusus dan mempertahankan rasa asli dari Dodol. 


2. Nasi Jaha

Masyarakat Minahasa memiliki keunikan tersendiri dalam memasak Nasi Jaha yaitu dengan diisi dalam bambu yang telah diisi terlebih dahulu dengan daun pisang dan kemudian di bakar. Tentunya bambu ini harus diperhatikan supaya tidak terbakar dan apinya ditaruh di tengah tengah kemudian bambu akan diputar supaya masak secara merata. Setelah nasi jaha masak, bambu kemudian dibelah dan nasi jaha di potong yang kemudian disajikan dengan sambal roa ataupun goreng. Bahan dari Nasi Jaha ini adalah beras ketan, santan, jahe, dan daun pisang. 


3. Ragey

Mirip dengan Sate namun ukurannya adalah Jumbo. Ragey cukup mudah ditemukan di rumah makan Minahasa karena telah menjadi santapan utama bagi orang Minahasa. Bahannya terdiri dari irisan daging babi yang besar dan dilumuri dengan bumbu seperti bawang putih yang sudah dihaluskan dan garam. Setelah itu Ragey kemudian dibakar dan disajikan dengan sambal mentah ataupun goreng. 


4. Pangi

Sayuran ini selalu dipakai oleh masyarakat Minahasa bukan hanya pada acara pengucapan saja akan tetapi juga pada acara nikah ataupun sejenisnya. Sayur Pangi ini biasanya dijual di pasar sebelum pengucapan dan telah diiris terlebih dahulu kecil-kecil. Biasanya Pangi akan dicampur dengan irisan daging babi ataupun daging ayam yang kemudian dimasak bersama sama dalam bambu. Dalam proses memasak menggunakan bambu mirip dengan cara memasak Nasi Jaha. Untuk penyajiannya juga terbilang sederhana. setelah proses memasak selesai bambu akan dibelah dan kemudian ditaruh dalam piring atau mangkuk yang lebih besar.